Menjadi yang terbaik adalah impian setiap orang. Pelbagai upaya akan dilakukan seseorang untuk menjadi lebih unggul dibandingkan orang lain, baik dengan jalan yang benar maupun jalan yang tidak benar. Hal ini wajar-wajar saja agar seseorang dapat diakui eksistensi prestasinya.
Dalam beberapa hal, prestasi selalu identik dengan juara. Dan juara akan identik dengan nomor satu, yang terdepan, atau mungkin yang paling kuat. Namun pandangan ini tak akan selamanya benar. Pembelajaran “proses” berbeda jauh dengan orientasi hasil. Hasil merupakan sebuah tujuan, tetapi proses untuk mendapatkan suatu hasil sebenarnya jauh lebih penting. Hail ini karena di dalam sebuah proses ada sebuah pembelajaran, ada pendewasaan dan ada yang sering kita namai hikmah.
Apalah arti sebuah label juara jika kita lupa jati diri kita. Apalah arti Juara ketika kita mengabaikan teman kita. Apalah arti juara manakala kita menjadi lebih egois. Ambisi untuk menjadi juara sebenarnya adalah hal yang sah-sah saja. Juara adalah hak setiap individu yang saling bersaing untuk menjadi terbaik, terhebat atau apapun namanya. Tetapi juara sejati adalah juara yang tidak hanya di dalam mendapatkan hasil atau label “juara” namun tetap memegang teguh prinsip dan nilai-nilai maupun norma-norma yang ada di dalam kehidupan ini.
Sebuah teguran keras seperti cambuk datang dari Kak Andang selaku Ketua Pelaksana Jelajah Rute Juang Jenderal Soedirman pada 09 Nopember 2013 menjelang start etape kedua di SMP 1 Wuryantoro. Kak Andang mengingatkan meskipun ini sebuah ajang menunjukkan prestasi/kejuaraan, namum bagi yang Ubaloka bertindaklah sebagai anggota Ubaloka maupun anggota lain sejenis. Ini tak hanya sindiran keras bagi anggota Ubaloka, Penulis sendiri selaku anggota Brigade Khusus Naga Sandhi juga menilai ini adalah bentuk peringatan BAHWA UNTUK MENJADI JUARA JANGANLAH MENINGGALKAN JATI DIRI KITA SELAKU ANGGOTA PRAMUKA. Seorang Pramuka selalu memegang teguh Satya dan Darmanya. Seorang Pramuka tidak akan meninggalkan temannya. Seorang Pramuka harus peduli dengan teman dari kontingen lain lebih-lebih teman dalam satu Tim.
Sekali lagi ini menunjukkan bahwa juara bukanlah orang yang paling hebat, paling kuat atau apalah namanya. Dan Juara tak selamanya yang di depan. “Kibarkan bersama bendera kuning” kata Kakak kontingen Kab. Magelang. Bendera kuning ada di belakang. Kontinegn Kendal Puteri yang merasakan berdampingan dengan bendera kuning pun dapat meraih Juara III kategori Puteri.
Mari kita pegang teguh Satya dsan darma kita untuk Pramuka Indonesia yang lebih baik.
Salam Pramuka